Washington - Para peneliti telah memulai untuk membawa AI dan Big Data dalam pertanian skala kecil dan pertanian negara berkembang. Tujuannya untuk menjawab salah satu tantangan terbesar di abad 21 nanti yaitu meningkatkan sumber pangan dunia tanpa harus merusak planet ini.
Bagi Ranveer Chandra, seorang peneliti dari Microsoft, ini bagaikan kembali ke asal. Chandra menghabiskan 4 bulan dalam setahun di kebun milik keluarganya di India.“Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada toilet” katanya. Kerbau digunakan untuk membajak sawah, seperti yang mereka lakukan selama berabad-abad.Di sebagian besar negara berkembang, pertanian dikelola tidak dengan teknologi yang tinggi dan modern. Walaupun demikian tuntutan pertanian pada negara berkembang ini semakin meningkat, populasi tumbuh lebih cepat dari rata-rata.
Seiring dengan ledakan populasi global yang mendekati 10 miliar pada tahun 2050 mendatang, para petani perlu meningkatkan produksi pertanian tanpa harus melakukan pemababatan hutan atau mencemari tanah dan air dengan pupuk dan pestisida yang berlebihan.Keakuratan Pertanian
Untuk meningkatkan produktifitas setiap meter persegi lahan pertanian yang ada, petani membutuhkan informasi yang akurat mengenai kondisi tanah. Sehingga pemberian air, pupuk ataupun pestisida hanya pada tempat yang membutuhkanSaat ini, pertanian berskala besar telah menggunakan teknologi yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Peralatan bertani sekarang dapat menanam benih pada kepadatan tanah yang berbeda dan menerapkan jumlah pupuk yang berbeda di berbagai lahan. Pemantau air dapat memberi petani data secara real-time tentang berapa banyak air yang diterima tanaman.
Namun, alat-alat ini terlalu mahal untuk pertanian berskala kecil dan petani pada negara berkembang. Chandra berharap teknologi ini dapat dimiliki dengan biaya yg lebih terjangkauKecerdasan Buatan
Untuk meningkatkan produktifitas setiap meter persegi lahan pertanian yang ada, petani membutuhkan informasi yang akurat mengenai kondisi tanah. Sehingga pemberian air, pupuk ataupun pestisida hanya pada tempat yang membutuhkanSaat ini, pertanian berskala besar telah menggunakan teknologi yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Peralatan bertani sekarang dapat menanam benih pada kepadatan tanah yang berbeda dan menerapkan jumlah pupuk yang berbeda di berbagai lahan. Pemantau air dapat memberi petani data secara real-time tentang berapa banyak air yang diterima tanaman.
Namun, alat-alat ini terlalu mahal untuk pertanian berskala kecil dan petani pada negara berkembang. Chandra berharap teknologi ini dapat dimiliki dengan biaya yg lebih terjangkau
Soil sensors connected to artificial intelligence map soil moisture, temperature and acidity. (Credit: Microsoft)
Artificial intelligence
Chandra mengembangkan sistem yang terkoneksi pada sensor tanah ke jaringan melalui saluran tv yang tidak terpakai. Frekuensi "white space" ini dapat memberikan koneksi internet broadband jarak jauh. Beberapa rumah sakit dan sekolah di lokasi terpencil di Afrika sudah online melalui konektivitas white space ini, kata Chandra.Setiap sensor tanah tersebut menghasilkan gambar kondisi pada lahan pertanian. Untuk menghubungkan petak-petak lahan ke monitor, Chandra mengambil gambar menggunakan drone atau bisa juga menggunakan sebuah smartphone yang diterbangkan dengan balon.
Selanjutnya, AI membandingkan hasil foto dengan data pada sensor dan mengisi celah-celah lahan yg masih kosong, juga memetakan tanah bagian mana yg memiliki kadar asam yang tinggi atau yang membutuhkan lebih banyak air misalnyaAI juga dapat membantu memantau keadaan ternak, melalui webcam dapat diidentifikasi hewan yang sedang sakit karena tidak bergerak, misalnya.
Cikal bakal bisnisChandra berharap dapat membuat sistem ini dengan biaya dibawah $100. Model bisnis yang berbeda sedang dipertimbangkan juga, tambahnya. Misalnya, petani dapat berbagi sistem, atau penyedia layanan pertanian lokal dapat menyewanya kepada mereka.
Microsoft hanyalah salah satu dari sekian banyak perusahaan teknologi yang menganggap pertanian sebagai lahan subur bagi revolusi teknologi. Google berinvestasi pada sebuah perusahaan startup yang mengumpulkan data petani tentang bagaimana perbedaan varietas tanaman pada berbagai lahan pertaniandari tahun ke tahun, sehingga petani dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai varietas apa yang terbaik untuk mereka. Amazon mengumumkan rencana untuk membeli rantai makanan Whole Foods dan telah juga berinvestasi di ritel makanan di negara lain.
Sumber :
https://www.voanews.com/a/agriculture-technology-small-farms-big-data/3918239.html
Contributor :
pecinta astronomi yang sejak kecil bercita-cita menjadi astronaut, setelah dewasa baru sadar kalau tinggi badannya tidak akan pernah cukup untuk lulus seleksi astronaut.