:::: MENU ::::

[Flashback video 2015]

Why Local Distro?

Saat ini makin banyak perusahaan yang beralih ke teknologi open source. Bahkan vendor-vendor besar pun mulai ikut terjun dalam penggunaan dan pengembangan software open source.

Beberapa motivasinya adalah:
  • akses source code, dan menjamin keberlangsungannya meskipun jika vendor penyedianya tidak survive
  • kemudahan integrasi
  • tidak ada vendor lock-in
  • lebih cost efficient karena tidak ada biaya license
Dan lain sebagainya.

Big Data sebagai teknologi yang banyak didukung software open source membuat biaya investasi untuk implementasi lebih rendah. Hortonwork menyatakan, penggunaan Hadoop dapat memberikan penghematan sampai 100x. Seperti yang kita ketahui, Hadoop dapat menggunakan server commodity atau server berbiaya ekonomis, sehingga di samping penghematan dari sisi software terdapat penghematan dari sisi hardware.

Big data adalah teknologi yang akan sustain, karena digunakan oleh banyak perusahaan besar. Yahoo! misalnya, saat ini memiliki lebih dari 40.000 nodes. Di Indonesia sendiri, di tahun 2015 cluster Hadoop terbesar dimiliki oleh Telkomsel, yaitu sekitar 300 nodes.

Demikian yang dikatakan oleh salah satu pembicara dalam Konferensi Big Data Indonesia 2015, Beno Kunto Pradekso, CEO Solusi247.

Disampaikan juga contoh kasus dari Splice Machine, yang mengklaim dirinya sebagai “the first Hadoop RDBMS”. Splice Machine menyatakan dapat menggantikan Oracle dengan kecepatan 20x dan biaya ¼-nya. Dan jika dilihat komponen di dalam Splice Machine, ternyata banyak di antaranya adalah software-software open source dari Apache.org. Hal semacam ini sebenarnya mungkin sekali untuk dilakukan di dalam negeri. Lisensi Apache.org memungkinkan siapapun untuk mengembangkan dan memasarkan software open source tersebut.

Penggunaan software open source sendiri bukan berarti tidak ada biaya sama sekali, sebab di samping implementasi, hampir semua perusahaan mensyaratkan adanya support resmi untuk softwarenya. Support inilah yang saat ini sebagian besar masih didapatkan dari luar negeri. Padahal cluster Hadoop biasanya terdiri dari puluhan bahkan ratusan node.

Dengan kondisi nilai tukar Rupiah yang kurang stabil seperti akhir-akhir ini, mengurangi komponen mata uang asing dalam pembiayaan, khususnya untuk support software, menjadi sebuah langkah yang perlu dilakukan. Satu-satunya jalan adalah dengan mendorong munculnya distro atau distribusi lokal, yang tentunya menyediakan support secara lokal pula.

Beberapa keuntungan dari support lokal yaitu:

  • cost effective
  • responsive
  • on site
  • talkable
Berbeda dengan support dari luar negeri yang umumnya hanya dilakukan lewat telepon dan email, support lokal dapat memberikan respon yang lebih baik, seperti misalnya teknisi yang datang langsung ke lokasi jika terjadi masalah.

Belajar dari pengalaman perusahaan yang mengembangkan software open source, ada beberapa hal yang perlu dimiliki :

  • Research & Development : perusahaan open source biasanya memiliki RnD yang kuat, untuk mengembangkan core competencies and tools untuk data engineering, analytics, visualization & compute platform
  • Distro & support : memiliki distro sendiri dan menyediakan support, termasuk training
  • Community : komunitas yang aktif diperlukan untuk sharing pengalaman, pengetahuan dan programming codes
  • Customers : basis customer yang baik berarti income, yang pasti diperlukan untuk mendorong dan menjalankan semua aktifitas di atas

Big data, jika tidak dapat dipenuhi sendiri, bisa berarti big investment. Oleh karenanya perlu didorong munculnya perusahaan-perusahaan lokal yang dapat mengembangkan dan menyediakan support secara lokal sehingga kita mandiri secara teknologi.

Contributor :


Tim idbigdata
always connect to collaborate every innovation 🙂

Tertarik dengan Big Data beserta ekosistemnya? Gabung